SELAMAT DATANG
Selamat datanf di lapak MAKRIFATBUSINESS untuk order bisa melalui marketipace Shopee Tokopedia Bukalapak Lazada dengan nama lapak makrifatbusiness atau order via WA 08123489038 email : imronpribadi1972@gmail.com

Cari Disini

Translate


Kamis, 21 Oktober 2010

Khasiat Jamur Portabella


Jamur merang, jamur padi, supa pare (Volvariella volvaceae, Volvariella esculenta) merupakan jenis jamur liar kedua yang dibudidayakan karena memiliki nilai organoleptik, bisnis yang baik, dan menguntungkan, terutama di kawasan tropis.

Champignon dan jamur padi termasuk kelompok jamur nonkayu. Sedangkan jamur shiitake atau hioko dan donko (Lentinus edodes) merupakan jamur kayu yang mula-mula hidup liar (sebagai contohnya banyak ditemukan di hutan Kalimantan Timur) dengan menempel pada kayu kering atau lapuk.

Jamur-jamur kayu pertama yang dibudidayakan itu ternyata juga memiliki nilai organoleptik tinggi dan berkhasiat obat, sehingga cepat diterima masyarakat. Shiitake misalnya, bisa menurunkan kandungan kolesterol dan gula dalam darah.

Pada akhir tahun 1990-an, urutan jenis jamur komersial yang diproduksi secara besar-besaran di mana-mana karena memiliki nilai bisnis raksasa hingga miliaran dollar AS antara lain: Champignon, diproduksi sampai 1.250.000 metrik-ton/tahun. Shiitake yang diproduksi sampai 265.000 metrik-ton/tahun, jamur merang (diproduksi sampai 70.000 metrik-ton/tahun), serta terdapat jenis tambahan baru, yaitu jamur winter (Flammulina velutipes) dengan produksi sampai 68.000 metrik-ton. Jamur kuping, supa lember atau hiratake (Auricularia polytricha) diproduksi sampai 65.000 metrik-ton.

Di Indonesia dari sisi jumlah, peringkat tertinggi tetap dipegang oleh jamur padi, kemudian diikuti jamur kuping, jamur tiram, jamur shiitake, dan champignon. Namun, dilihat dari nilai bisnis dan luasnya perdagangan, maka peringkat pertama dipegang oleh jamur shiitake, champignon, jamur kuping, baru diikuti dengan jamur padi. Soalnya, jamur padi Indonesia terkait dengan residu pestisida yang terbawa bersama jerami padi (sebagai bahan baku budi daya), sehingga hanya memenuhi syarat untuk konsumsi setempat saja.

Di dataran tinggi

Champignon yang semula diproduksi di dataran tinggi Dieng sekarang berpindah ke dataran tinggi Bumiayu (perbatasan Brebes-Purwokerto) dan Pangalengan (Bandung). Jamur ini ternyata memiliki pasar potensial dan menghasilkan devisa tinggi, baik sebagai komoditas segar (tanpa diolah) ataupun sebagai komoditas olahan yang dibudidayakan di Indonesia adalah Agaricus bisporus. Bibitnya berasal dari Belanda, Taiwan, dan Amerika Serikat.

Warna jamur Agaricus bisporus putih dengan tudung berukuran garis tengah 3-5 cm. Tinggi tangkai sampai 6 cm, sedangkan ukuran garis tengah kuncup 2-3 cm. Ada juga jenis Agaricus campestris asal Australia dan Perancis, yang memiliki ukuran dan warna hampir sama dengan yang pertama.

Sayang Indonesia belum termasuk negara produsen champignon, walaupun produk Indonesia dalam bentuk segar atau hasil olahan sudah memasuki pasar dunia. Pasar Indonesia terutama adalah Singapura, Hongkong, Australia, dan Amerika Serikat, meski masih dalam jumlah terbatas.

Amerika Serikat tercatat sebagai negara pertama penghasil champignon terbesar (246.000 metrik-ton), disusul Perancis (160.000 metrik-ton), Cina (140.000 metrik-ton), Belanda (93.000 metrik-ton), Inggris (84.000 metrik-ton), dan Taiwan (59.000 metrik-ton). Negara lain yang termasuk penghasil jamur adalah Italia, Spanyol, Jerman, Korea Selatan, Kanada, dan sebagainya meski rata-rata masih di bawah 15.000 metrik-ton.

Jamur Portabella

Penduduk Amerika Serikat dan Eropa memang lebih mengenali Agaricus sebagai jenis jamur yang sudah dibudidayakan, baik yang umum dikenal dengan nama champignon, jamur putih, mushroom, button mushroom serta sederet nama daerah lain. Walau kemudian penduduk mulai mengenali dan membudidayakan jamur-jamur lokal-misal di Indonesia dengan jamur merang/jamur padi-kehadiran champignon tetap menjadi primadona. Jamur ini ternyata tidak dapat digeser oleh jenis jamur lainnya.

Agaricus dengan berbagai jenisnya justru menjadi bagian dari kehidupan penduduk yang tidak dapat dipisahkan lagi. Oleh karena itu, jangan heran kalau kemudian muncul jenis Agaricus baru selain Agaricus campestris, Agaricus bisporus, dan Agaricus bitorquis. Muncullah hasil pengembangan baru seperti Agaricus brunescens yang umum dikenal dengan nama jamur portabella, jamur portobello, atau brown mushroom, hasil kerja keras para pakar Amerika Serikat.

Budi daya jamur memang mendapat perhatian besar di Amerika Serikat, terutama jenis untuk konsumsi. Bahkan, kemudian dikembangkan juga jamur berkhasiat obat oleh berbagai badan penelitian dan pengembangan terkait.

Kehadiran jamur portabella-nama umum dalam masyarakat Amerika Serikat-menjadi pesaing ketat jamur shiitake yang sebelumnya oleh para pakar diramalkan akan menjadi jenis primadona di Amerika Serikat, mengalahkan jamur asal Jepang atau RRC yang mendominasi sebelumnya.

Baik di sisi produksi maupun dari nilai bisnisnya, keunggulan jamur portabella tidak jauh berbeda dengan champignon. Bedanya adalah ukuran jamur yang 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan champignon biasa serta warna. Bila champignon biasa berwarna putih bersih (Agaricus bisporus) atau putih keabuan (Agaricus campestris), maka Agaricus brunescens atau jamur portabella berwarna coklat dengan ukuran tubuh buah 2-3 kali lebih besar.

Membudidayakan jamur portabella tidak berbeda dengan umumnya champignon. Diperlukan media/tempat kompos yang sudah dipasteurisasikan, lingkungan yang dingin, lembab, bebas/terhindar dari kehadiran residu pencemaran (misal senyawa kimia asal pestisida), serta kontaminasi mikroba, baik bakteri ataupun jamur liar.

Khasiat Jamur Portabella

Yang sangat mengherankan para mikrobiolog dan pakar perjamuran adalah kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam tubuh buah jamur portabella. Selain protein serta lemak yang sangat rendah, terdapat pula vitamin B-kompleks-riboflavin, niacin, dan panthotenat-serta sejumlah mineral seperti Na (natrium), K (kalium), dan Se (selenium) serta bahan-bahan lainnya sebagai anti-oksidan dan anti- kanker.

Tidaklah mengherankan kalau kehadiran portabella yang cukup dilengkapi dengan senyawa bermanfaat/berkhasiat selalu dihubungkan dengan manfaat dan khasiatnya untuk (antara lain) pencegah/mengobati penyakit berbahaya masa kini.

Sebagai makanan kesehatan, portabella sangat baik/cocok bagi mereka yang tengah berdiet untuk menurunkan berat badan. Soalnya selain rendah kadar lemaknya, jamur ini tinggi kadar seratnya.

Portabella juga menjadi makanan yang penuh manfaat untuk para penderita DM/diabetes melitus dan hipertensi/tekanan darah tinggi. Jamur ini sangat membantu dalam regenerasi sel-sel tubuh, terutama setelah sakit.

Jamur yang sama diyakini bisa mencegah sedini mungkin serta menghambat pertumbuhan sel-sel kanker, khususnya untuk kanker prostat dan kanker payudara. Khasiat lain adalah mencegah penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan stroke dan tekanan darah tinggi, misal pada bagian kepala hingga terjadi perdarahan. Dengan demikian, mengonsumsi jamur portabella secara teratur bisa membantu menjaga dan meningkatkan kebugaran serta kesehatan tubuh.

H Unus Suriawiria Dosen ITB, mendalami bioteknologi, agroindustri, dan banyak berkecimpung di bidang perjamuran
sumber: kompas

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

2 Tanggapan:

Item Reviewed: Khasiat Jamur Portabella Rating: 5 Reviewed By: M Imron Pribadi