Wednesday, 02 December 2009 | |
judul asli : Uluran Tangan Teh HerbalTangan mungil itu menjumput 3 g butiran teh hitam kering. Ia memasukkannya ke dalam teko dan mendidihkan di atas lidah api. Teh panas itu ia minum sebelum berangkat ke kantor. Itulah ritual Suprihatin setiap pagi dalam 2 tahun terakhir. Ia merasakan manfaatnya, kelenjar tiroid berlebih dan kista rahim hilang tanpa operasi.Usai melahirkan anak ke-2, Suprihatin bermaksud untuk mengatur jarak kelahiran. Ia mendatangi klinik dan diinjeksi cairan antikesuburan. Sepekan berselang tubuh perempuan kelahiran 5 Mei 1975 itu lunglai dan nyeri. Suprihatin bergegas ke dokter untuk mengetahui penyebab gangguan kesehatan itu. Ahli medis mendiagnosis ia kecapaian. Namun, anehnya gangguan seperti itu kerap datang. Ia kaget ketika mengetahui bobot tubuhnya merosot 18 kg dalam 5 bulan.Oleh karena itu ia kembali ke dokter. Pemeriksaan lanjutan itu mengungkap nilai thyroid secretor hormone (TSH) Suprihatin pada angka 0. Sedangkan tiroksin T3 dan T4 di atas ambang normal, masing-masing 3,7 mg/ml dan 17,93 ug/dl. Padahal, nilai tiroksin T3 dan T4 normal 0,51- 1,65 mg/dl dan 4,4-12,0 ug/dl. Itu menandakan ia mengidap hipertiroid.Selama 3 bulan perempuan 32 tahun itu mengkonsumsi obat resep dokter, neometrasol, obat kimia untuk pengidap hipertiroid. TSH, penanda aktivitas kelenjar tiroid tak juga menanjak. Itu sebabnya Suprihatin kerap pingsan, cepat lelah, suhu badan tak stabil, dan sering buang air kecil. 'Degup jantung saya lebih kuat dan cepat,' kata perempuan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, itu.KomplikasiSelama setahun, Suprihatin hidup bersama penyakit akibat kelebihan hormon kelenjar tiroid itu. Padahal, semula dokter yakin penyakitnya bakal lenyap dalam 6 bulan. Oleh karena itu ia melanjutkan konsumsi obat kimia untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Dua bulan berselang, suhu tubuhnya justru meningkat dan nyeri terus mendera. Hari-harinya dihabiskan di pembaringan lantaran tubuh lunglai. Lantaran bosan dan tak kunjung sembuh, Suprihatin mencoba teh hitam yang disodorkan kerabatnya, Sunoko. Dengan dorongan ingin sembuh, ia menyeruput segelas teh hitam panas pada pagi dan sore.Setelah satu bulan mengkonsumsi, Suprihatin merasakan perubahan. Tubuhnya terasa segar tanpa sesak dada yang kerap muncul. Kabar gembira itu juga ditunjang hasil pemeriksaan laboratorium yang membuktikan dirinya terbebas penyakit hipertiroid.Ampuhnya teh hitam mengatasi penyakit telah ditemukan sejak ribuan tahun silam. Masyarakat Taiwan, Cina, dan Jepang banyak merasakannya. Teh hitam kaya antioksidan untuk membantu menyembuhkan kanker dan gangguan pada organ hati.'Teh mampu membantu melenyapkan berbagai penyakit lantaran kandungannya yang lengkap,' kata dr Wiliam Adi Teja, doktrer sekaligus herbalis di Jakarta. Kandungannya antara lain polifenol, flavonoid, dan katekin. Polifenol berfungsi menetralisir radikal bebas, sehingga mampu mencegah serangan jantung dan kanker. Flavonoid bersifat sebagai senyawa alamiah antiradang, antibiotik, dan antioksidan. Sedangkan katekin adalah antioksidan yang kuat, lebih kuat daripada vitamin E, C, dan betakaroten.PegaganTeh herbal sebutan untuk dedaunan atau bagian tanaman obat lain yang dikeringkan. Untuk meminumnya, konsumen tinggal menyeduhnya, persis daun teh Camelia sinensis. Di pasaran kini tersedia beragam bahan seperti pegagan. Khasiat daun Centella asiatica itu dirasakan Subiakto yang mengidap lever. Nilai SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) 119 U/L dan SPGT (serum glutamic pyruvic transaminase) 232,6 U/L. Kadar normal SGOT hanya 0-37 U/L dan SPGT 0-41 U/L.Keduanya merupakan parameter fungsi hati. Jika lebih tinggi daripada kisaran itu berarti sel hati rusak berat, seperti dialami Subiakto. Selama sepekan pria kelahiran Jakarta itu terbaring di rumah sakit. Ia mengkonsumsi 2 jenis obat, HP Pro dan Imprek. Kaplet sintesis kimia itu meningkatkan perlindungan agar kerusakan hati tidak bertambah luas. Untuk mempercepat kesembuhan Subiakto rutin memeriksakan diri ke dokter. Namun, hingga 7 bulan mengkonsumsi obat-obatan itu kesembuhan belum juga diraih.Oleh karena itu pria kelahiran 10 Mei 1975 itu menuruti saran temannya untuk mengkonsumsi daun pegagan. Pada September 2004, setelah 7 bulan mengidap lever, mulailah ia minum seduhan 20 gram daun kaki kuda-sebutan daun pegagan-kering. Dosisnya segelas dengan frekuensi 3 kali sehari. Setelah 5 hari mengkonsumsi ramuan itu, wajahnya yang semula pucat terlihat lebih segar. Sebulan kemudian, ia memeriksakan kesehatan di sebuah laboratorium. Hasilnya menunjukkan seluruh parameter penyakit lever telah normal sehingga Subiakto sembuh.Pegagan kaya antioksidan, membantu menyembuhkan gangguan hati. Kandungan asam asetat, betakaroten, betakariofilen, betaelemena, betafarsenen, betasisterol, brahminosida, dan segudang senyawa lain efektif menggempur penyakit hati termasuk hepatitis. Selain itu pegagan bisa mengatasi gangguan campak, demam, sakit tenggorokan, dan radang mata merah. Itu karena kandungan antiradang dan antiinfeksinya tinggi. 'Minum teh pegagan pun jadi makin menyenangkan. Selain nikmat juga menyehatkan,' kata Subiakto.Khasiat terbuktiSudah lama memang anggota famili Umbelliferae itu berkhasiat sebagai antioksidan, obat kulit, memperbaiki gangguan saraf dan peredaran darah. Menurut Yasir Hassan Siddique periset Aligar Muslim University, pemberian 50 mg/ kg/hari ekstrak pegagan selama 14 hari, meningkatkan enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD), katalase, glutathione peroxidase (GSHPx), dan antioksidan glutathione (GSH).Uji praklinis juga membuktikan ekstrak pegagan berperan sebagai antigenotoksik terhadap limfosit manusia. Pun meningkatkan aktivitas asetilkoline esterase dalam hipokampus sehingga meningkatkan performa fungsi otak pada tikus muda.Mahanom Hussin peneliti dari Fakultas Ilmu Pangan dan Bioteknologi Universitas Putra Malaysia, membuktikan ekstrak pegagan menurunkan stres oksidatif. Kadar malonaldehid pada tikus yang diberi ekstrak pegagan amat rendah sehingga mengindikasikan penurunan lipid peroksida.'Pada usia lanjut, metabolisme lemak cenderung menurun akibat penurunan aktivitas enzim. Itu membuat kadar lipid peroksida dalam darah meningkat,' kata dr Mohamad Soleh MKes yang berpraktek di Bogor. Peningkatan lipid peroksida darah mengakibatkan stres oksidatif. Itu berarti the gotu kola-namanya di India-berkhasiat menjaga stamina tubuh.Selain pegagan, perdu lain yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor alias pelindung hati adalah songgolangit. Khasiat ghamra-sebutannya di India-dibuktikan melalui serangkaian riset oleh Vilwanathan Ravikumar. Peneliti Universitas Madras India itu menggunakan liver tikus wistar jantan albino. Satwa pengerat itu diinduksi dengan lipopolisakarida, zat pemicu hepatitis. Sepuluh hari kemudian, tikus-tikus itu diberi ekstrak songgolangit Tridax procumbens. Dosisnya 300 mg/kg bobot tubuh.Hasilnya, aktivitas enzim penanda hepatitis-aspartat transaminase, alanin transaminase, alkalin fosfat, laktat dehidrogenase, dan gamma glutamyl transferase-yang sempat meningkat, kembali normal. Gulma itu mengandung prokumbetine. Senyawa jenis flavonoid itu merupakan antioksidan penangkal radikal bebas. 'Antioksidan mampu mencegah kolesterol melekat pada pembuluh darah,' kata Prof Dr Ir Ali Khomsan MS, guru besar Ilmu Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Itu berarti songgolangit dapat menghalau penyakt jantung.Bunga roselaTeh herbal lain yang banyak dikonsumsi adalah rosela. Popularitas herbal itu meningkat dalam setahun terakhir. Boleh jadi karena Hibiscus sabdariffa itu multikhasiat. Anggota famili Malvaceae itu berperan sebagai antioksidan, antimutagenik, antikanker, hipolipidemik, dan hepatoprotektor. Ir Didah Nurfarida MSi, periset Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, menemukan kadar antioksidan mencapai 1,7 mmmol/prolox. Antioksidan berfungsi menghilangkan sel-sel radikal bebas yang merusak inti sel. Selain itu, 'Rosela memiliki efek antikanker,' ujar Didah.Penyakit lain seperti hipertensi dan kolesterol pun mampu diredamnya. Itu bukan isapan jempol, tetapi dibuktikan melalui uji sahih. Tercatat 42 pasien yang rutin mengkonsumsi ekstrak rosela dalam kapsul 500 mg, tokcer menurunkan kadar kolesterol. Mereka berusia 18-75 tahun semula berkadar kolesterol 175-327 mg/dl. Sebulan menyeruput seduhan rosela kolesterol dalam darah kembali normal.Hasil itu ditunjang uji klinis oleh sekolah keperawatan Chung Shan Medical University. Kesimpulannya konsumsi 1 g ekstrak kapsul bunga rosela setiap hari selama sebulan, efektif menurunkan kolesterol hingga 12%.Hasil uji nutrisi menunjukkan kapsul ekstrak rosela itu mengandung 20,1 mg anthosianin, 10 mg flavonoid, dan 14 mg polifenol.Kerabat bunga sepatu yang berkembang di Afrika itu juga tokcer mengatasi hipertensi. Itu dibuktikan oleh F B O Mojiminiyi periset Departemen Fisiologi, Usman Danfodio University, Sokoto, Nigeria. Ia memanfaatkan 72 tikus wistar jantan berbobot 200-216 g yang terbagi dalam 12 kelompok. Masing-masing kelompok tikus diinduksi zat pemicu hipertensi dan tambahan 8% garam dalam pakan, serta 50 mg nitrit oksida sintesis per kg bobot tubuh. Pemberian pemicu hipertensi itu selama 5 pekan.Setelah itu satwa percobaan diberi ekstrak cair rosela dengan dosis 1 mg, 5 mg, 25 mg, dan 125 mg per kg bobot tubuh. Hasilnya, tekanan darah tikus yang diberi ekstrak rosela dosis 125 mg/kg turun hingga 2,5 kali dibanding kelompok kontrol. Mekanisme efek antihipertensi kelopak bunga rosela ditelusuri dengan mengisolasi cincin aorta pada tikus yang menderita hipertensi spontan. Ekstrak rosela ternyata memperbaiki respon vasodilator cincin aorta. Vasodilator adalah fungsi untuk melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar peredaran darah.BeragamRamuan teh herbal lain, ekstrak daun dewa Gynura segetum, sangat cocok untuk penderita tuberkulosis. Sebab, daun dewa bersifat antimikroba yang sanggup menggempur kuman penyebab gangguan paru-paru. Ia istimewa lantaran rasanya manis dengan sensasi dingin menyentuh lidah.Jadi, jika letih karena stamina menurun, jangan sungkan-sungkan menyeduh teh herbal. Teh pegagan, rosela, atau teh daun dewa beberapa pilihan. Hanya saja tanaman mesti memenuhi persyaratan khusus sebelum diracik. Daun atau buah mesti segar, berwarna hijau tua, berukuran maksimal, dan tidak cacat karena terserang hama dan penyakit. (Andretha Helmina & Vina Fitriani)sumber :trubusonline |
Selasa, 19 Oktober 2010
- Blogger Comments
- Facebook Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Tanggapan:
Posting Komentar